Monday, June 04, 2007, posted by TanpaMakna at 11:41 PM
Dari sebuah artikel yang pernah kubaca di sebuah surat kabar terbitan ibu kota, katanya waktu bisa meluruhkan kenangan dan menghapus jejak memori. Dan,seiring berlalunya hari, sebuah luka akan tertutupi, sering tak sempurna, namun cukup untuk bisa diterima. Malah, ketika tiba masanya, mungkin kita akan tertawa ketika mengingat kembali kesedihan dan kebodohan yang timbul kala peristiwa yang menimbulkan sesak didada itu terjadi.

Aku hampir percaya, nyaris kawan, terhadap teori itu. Harapan untuk kembali bersama seseorang, yang membuatku merasa kehilangan arah saat berpisah darinya, telah hampir dengan baik kulenyapkan dari sel-sel otakku. Tujuanku telah kumodifikasi, targetku telah kudesain ulang, dan mimpiku telah kuganti saluran seiring berjalannya bulan demi bulan. Tak ada lagi asa bersatu dengan Dia dalam keseharianku.Aku adalah manusia baru beberapa bulan belakangan ini. Dan itu membuatku, meski terasa hampa, sedikit lebih baik, bergairah, dan optimis menyambut masa depan.

Namun, entah kenapa, malam itu kembali kubermimpi tentangmu. Sebuah bunga tidur yang menyenangkan, bahkan hampir terasa hangat tanganmu dalam genggamanku kala itu. Membuatku enggan bangun dari tidur, dan berharap kehidupanku yang nyata ini adalah mimpi, dan mimpiku bersama engkau adalah kehidupan yang nyata. Tak jelas, mimpi itu hanya refleksi alam bawah sadar belaka, atau petunjuk yang menyadarkanku, kalau aku tak boleh berhenti berjuang. Entahlah. Tapi, semenjak mimpi itu, aku seperti terpuruk kembali seperti beberapa bulan yang lalu. Menghabiskan waktu berkhayal bisa menikmati sisa hidup denganmu. Dan, membiarkan pekerjaan kembali terbengkalai.

Dan, barangkali, karena aku terlalu terbuai angan, kulihat setitik harapan itu muncul. Meski sikap tak jelasmu belum berubah, aku haqqul yakien (bisa jadi juga diakibatkan buku yang baru saja kubaca, Mukjizat Berfikir Positif, yang intisarinya kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan jika kita berfikir kita bisa) dia memang takdirku. Pandangan matamu Sayang, semoga kutak salah mengartikan. Semoga...

Labels: ,