Thursday, January 25, 2007, posted by TanpaMakna at 11:26 PM
Masa lalu adalah kenangan
Masa depan adalah angan-angan
Masa kini, itulah kenyataan
(Kata-kata orang bijak, entah siapa namanya)

Kata-kata itu mesti kucamkan dan kuresapi baik-baik dalam hati saat ini. Karena sebuah peristiwa, membuatku teringat kembali intisari nasihat diatas. Mau tahu apa yang terjadi kawan? Baiklah, mau tak mau akan tetap kuceritakan disini :

Rabu, 24 Januari 2006, sekitar pukul 10.30. "Kring...kring" Hpku berbunyi (anggaplah begitu nadanya, susah soalnya mencari istilah yang tepat). Tertulis dilayarnya yang masih berwarna biru nama pemanggil "ThePastHusband". Ternyata seseorang dari masa lalu yang mencoba mengontakku, menggunakan hp suaminya. Begitu kuangkat, langsung saja dia menyerocos :

"Aya, Aya, kalau Saya cerai mau tidak kau terima Saya kembali?"lirih suaranya, disela-sela tangisnya yang tertahan.
"HAH !?!?" Entah mau jawab apa aku saat itu.

Baru sepersekian detik kemudian, kutahu pangkal masalahnya dari ceritanya yang mengalir deras. Suaminya ternyata pernah melontarkan penyesalan telah menikah dengannya. "Dia menyesal kawin sama anak-anak" katanya sedih. Wanita yang pernah mengisi hari-hariku selama 4 tahun ini memang fisiknya saja yang dewasa, namun jiwanya masihlah jiwa seorang bocah yang polos dan lugu.

Suaminya pun, kisahnya, hampir tiap hari menghinanya dengan sebutan bodoh, tolol, goblok, dan sejenisnya. "Padahal, Saya tidak bodoh kan Aya? Buktinya, saya dulu bisa kerja di Bandara, iya kan?" terdengar rengekannya meminta dukungan. Sekian lama berteman dengan wanita ini, kusangat mafhum kalau dia tersinggung. Dia memang makhluk hipersensitif, sedikit salah kata saja dariku ketika kami berdua masih jalan, bisa membuatnya murung, ngambek, menangis bahkan jadi alasan untuk minta putus. Dulu, Aku mesti pintar-pintar menjaga lisan jika bersamanya, sebab hanya kata-kata pujian meskipun rada gombal yang ingin didengarnya. Betul-betul sifat yang kekanak-kanakan bukan?

Meski hati sedikit perih, bagaimanapun masih tersisa sayangku terhadapnya, tak mungkin aku menganjurkannya berpisah dengan suaminya. Apalagi, mereka belum cukup setahun berumah tangga. Jadi, dengan berusaha agar terdengar sebijaksana dan setenang mungkin, kuanjurkan agar dia berdamai. "Artis yang sudah hampir cerai saja bisa berdamai " saranku berusaha bercanda. Aku tak dapat menceramahinya panjang lebar karena sayup-sayup kudengar suara suaminya disampingnya, rupanya dia menguping pembicaraan kami.

Kawan, cinta sejati katanya ketika merelakan seseorang yang dicintai berbahagia, meski kebahagiaannya diperoleh saat dia bersama orang lain. Itulah yang menyebabkan sedihku cepat berlalu saat wanita itu dilamar orang lain yang jauh lebih mapan dan dewasa dariku.

Pikirku, dia pasti akan berbahagia dengan segala kelebihan yang dimiliki laki-laki itu. Tak kusangka, ceritanya akan begini. Tetapi,bukankah hidup adalah pilihan, dan itu pilihan yang diambilnya. Dan Akupun tak boleh terjebak dalam nostalgia masa lampau, saatnya aku meniti jalan di masa kini, menuju ke masa depan, apapun yang terjadi.

Good bye honey, aku tahu kamu wanita yang kuat, yang mampu menyelesaikan masalah seberat apapun. Aku percaya, karena kamu telah berulangkali membuktikannya padaku. Perahu rumah tanggamu pasti bisa melewati badai, yakinlah.

Kubaca horoskopku hari ini, Capricornus, di Friendster. Aku tak percaya ramalan kawan, cuma sarannya kadang cukup berguna.

"Ingatlah, Anda memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang terbatas untuk membuat semua orang bahagia. Meskipun Anda sangat ingin melakukan itu", very good advice.

Labels:

 
1 Comments:


At January 27, 2007 at 2:29 PM, Anonymous Anonymous

Baca Tulisanmu membuatku hampir percaya bahwa mang Cinta tak harus saling memiliki...
Ugh...Mudah2an hikmah di balik ini cepat mendatangimu bro