Wednesday, January 17, 2007, posted by TanpaMakna at 10:53 PM
Lalu, memasuki tahun ketigaku di Unhas (2002), dan tahun keduaku di IAIN, berhasil juga Vespaku mendapat boncengan. Tidak tanggung-tanggung, gadis kembang kampus Fakultas Adab IAIN tergaet "wibawa" Vespa. Awalnya sempat minder karena sering digelari Nyonya Vespa, gadis yang kini sudah jadi istrinya orang itu lama-lama keenakan dijok belakang motorku. Tiap hari minta dijemput, dan tiap minggu dan hari libur merengek diajak jalan-jalan. Bersamanya pula, Vespa itu kubawa menjelajah hingga Bantimurung, objek wisata di Kabupaten Maros.

Sejak itu, keberuntungan seolah memihakku. Bergantian beberapa gadis cantik dan manis pernah "menduduki" jok belakang Vespaku (enak benar jadi motor ;P). Sindiran tak berkurang, tapi kini sigap kutangkis "emang sudah berapa pantat cewek yang pernah duduk di motor kamu?"

Tahun itu pula aku resmi jadi wartawan. Pertama di Tabloid "MeDIA", kemudian diterima jadi wartawan Remaja di harian "Fajar". Sejak itu, intensitasku berdua dengan skuterku bertambah tinggi. Pengalaman yang tak mungkin bisa kulupa saat motor tersebut mogok ketika aku hendak meliput acara buka Puasa di Panti Asuhan di daerah Daya. Dan tambah serunya, saat itu aku mesti cepat menyetor berita. Soalnya, Deadline kantor lebih cepat dari biasanya karena besoknya libur Lebaran.

Dan, karena motor ngadat, aku mesti mengalami sejumlah kejadian "manis". Yaitu, buka puasa diwarung dengan segelas air mineral dan sebatang rokok; kena "kata-kata mutiara" dari pengurus panti karena terlambat datang dan acaranya sudah selesai; ditemani kawanku Tawakkal mesti mendorong motor sekira dua kilo dijalan yang rusak dan mendaki. Belum lagi, bengkel sudah sulit ditemukan sebab pemiliknya rata-rata pada mudik. Untung akhirnya ketemu bengkel, walau mekaniknya hanya bisa menghidupkannya sementara saja, dan tak menjamin bisa baik total. Akibatnya, beberapa beritaku yang kukumpulkan seharian dengan susah payah jadi basi karena deadline telah lewat. Kaki dan badanku pegal, dan waktu itu aku benar-benar marah pada vespaku.

Akhir tahun 2003, ibu sesuai janjinya menghadiahiku motor baru, tipe sport,Honda Mega-Pro. Ibu kasihan melihatku, yang beberapa bulan belakangan selalu pulang dengan muka kuyu dan cemberut akibat tungganganku yang sudah makin tua itu bertambah rewel. Sejak itulah aku jarang lagi melirik kendaraan keluaran Piaggio itu. Kendaraan itu kuserahterimakan kembali ke Bapak, sebelum Bapak mewariskannya ke adikku. Dan, kenangan dengan motor itupun kian berkurang, hingga akhirnya Bapak melegonya.

Selamat jalan Vespa, semoga kamu mendapat majikan yang jauh lebih baik. Jasamu tak akan kami lupakan, hiks. Semoga pula kau tak lupa sama kami, hiks hiks...(TAMAT)

(Andai vespa bisa ngomong,ngerti internet, dan dapat baca blog, dia bakalan komentar apa ya sama tulisan ini?)

Labels: