Wednesday, January 03, 2007, posted by TanpaMakna at 12:11 PM
Sebuah Sandek (pesan pendek alias SMS, mencoba membiasakan menggunakan istilah bahasa Indonesia yang baik dan benar) mampir di Ponggam (telpon genggam) ku tadi pagi. Tertulis nama pengirim :SariBandung. Isi pesannya singkat : Selamat pagi. Selamat beraktivitas ya, cayo! Dari nama pengirimnya, kawan pasti bisa menebak dia berasal dari Bandung.

Sebuah kejadian sangat sederhana, yang terjadi setiap hari. Seseorang mengirim Sandek, darimanapun dia berada dan yang lain menerimanya, dimanapun dia bermukim, sekarang bukanlah peristiwa yang aneh lagi. Kehadiran berbagai perangkat telekomunikasi seperti telepon, baik yang dipasang di rumah, yang digenggam, pager (masih ada tidak ya), telegram (udah punah belum ya), maupun internet, sejak lama menjadikan dunia tak lagi berjarak. Jangankan sebuah sandek yang hanya berisi text, data lengkap berisi suara, gambar, dan tulisan yang dikirim dari belahan bumi utara saja bisa diterima di belahan bumi selatan dalam tempo begitu singkat, lebih cepat dari satu helaan nafas (maaf, agak hiperbola).

Tetapi, tetap saja aku terkagum-kagum dengan kehebatan dan kekuatan sebuah sandek. Betapa aku selalu takjub menerima pesan dari kawan-kawanku yang nun jauh di rantau sana. Betapa hebat saat kubayangkan, pesan itu melayang-layang menembus rimbunnya hutan, menyeberangi luasnya samudera, mendaki tingginya gunung, hingga bisa tiba ditanganku, bahkan ketika aku belum sempat berkedip (sori, hiperbola lagi).

Sebuah sandek, seperti namanya, singkat, tapi mengandung beragam arti. Dia
dapat menyampaikan kabar gembira, ataupun membawa kesedihan. Dan kitapun, sadar tak sadar mesti mengakui ketergantungan kita pada teknologi ini. Ingat, berjuta rakyat negeri ini baru-baru ini sampai dibuat panik dan kesal oleh salah satu operator selular, ketika layanan Sandek macet saat hari Raya Idul Adha, yang bersamaan hari terakhir tahun 2006. Berjuta pesan gagal tersampaikan, di moment yang begitu penting. Membuatku sedikit merenung, betapa sangat canggihnya teknologi manusia, namun juga begitu rentan.

Labels: